Cara Menentukan Sekolah dan Universitas Yang Terbaik. Kalau ada pertanyaan, "Mana yang kamu pilih: mendapat rangking rangking terbuncit di sekolah favorit, atau menjadi juara pertama di sekolah yang biasa-biasa saja?" Ehm.., kalau saya pribadi sih lebih cendrung kepada yang kedua. Yaitu, menjadi juara pertama di sekolah yang biasa-biasa saja, dari pada mendapat rangking terbuncit, walaupun di sekolah favorit. Tentu saja, idealnya menjadi rangking no wahid di sekolah favorit.
Karena menurut saya pribadi (boleh setuju, boleh tidak), ukuran favorit itu lebih condong kepada institusi atau tempat. Sedangkan predikat juara, lebih condong pada kompetensi dan kapasitas diri yang bersangkutan. sehingga saya tidak yakin ketika seseorang menduduki rangking terbuncit di sekolah favorit, lantas akan menjadi juara pertama jika ditempatkan di sekolah yang biasa-biasa saja.
Al Ries dan Jack Trout dalam buku Positioning: The Battle For Your Mind, mengatakan: "Lebih baik menjadi ikan besar di kolam kecil (dan kemudian memperluas kolam itu), daripada menjadi ikan kecil di kolam besar". Artinya, kapasitas atau nilai bergantung pada besar atau kecilnya si ikan, dan bukan besat atau kecilnya kolam.
Nah, demikan pula dengan sekolah. Yang menunjukan nilai adalah kapasitas diri yang bersangkutan, bukan tempat ia bersekolah. Atas dasar itu, bisa dikatakan bahwa sekolah hanyalah sarana pendukung, Sementara Kapasitas atau nilai tetap bergantung pada siswa yang bersangkutan. Sehingga kalau memang ia memiliki kapasitas tinggi, sekolah di mana pun, entah sekolah favorit atau sekolah biasa, akan tetap mampu menunjukan kemampuannya.
Hal ini saya sampaikan karena terkadang mereka yang tidak bersekolah di institusi favorit, merasa malu dan kurang pede. Padahal, yang menjadi ukuran sebenarnya bukanlah favorit atau tidaknya sebuah intitusi. Karena banyak juga lulusan yang berasal dari kampus bergengsi atau sekolah favorit tetapi tidak mampu memberikan makna. Baik selama menjadi pelajar atau mahasiswa, maupun terjun di masyarakat. Tidak ada kontribusi kongret yang bisa diberikan. Celakanya lagi kalau malah jadi pengacara (pengangguran tidak punya acara) setelah lulus.
Oleh karena itu, favorit atau tidaknya sebuah institusi penddidikan, bergengsi atau tidak kampus tempat kamu kuliah, jangan sampai membuat kamu minder apalagi kuper. Ingat, nilai kamu bukan ditentukan oleh institusi atau tempat kamu belajar. Nilai kamu lebih ditentukan oleh sejauh mana kapasitas dan kemanfaatan ilmu yang telah kamu pelajari. Minimal, bagi lingkungan masyarakat tempat kamu tinggal.
Apalah artinya sekolah tinggi-tinggi, kampusnya bergengsi, tapi ilmunya tidak bermanfaat, kan rugi! Padahal, sebaik-baik manusia, kata Rasulullah Saw. adalah yang "anfa'uhum linnas", Bermanfaat bagi sesamanya. Pertanyaannya, sudah seberapa bermanfaatkah diri kamu bagi sesama? Minimal bagi keluarga atau orang-orang terdekat disekitarmu.
Apakah kamu sudah termasuk katagori "anfa'uhum linnas", memberikan manfaat bagi sesamanya atau justru masuk katagori "ujuduhu kaadamihi", adanya dianggap tidak ada. Keberadaanmu, hidupmu, ada atau tidak adanya dirimu dianggap sama saja. Istilahnya: nggak ngaruh, ngak ngefek. Rugi nggak kalau begitu?
Sumber :Fadlan El-Qossam (Super Teenager)
Karena menurut saya pribadi (boleh setuju, boleh tidak), ukuran favorit itu lebih condong kepada institusi atau tempat. Sedangkan predikat juara, lebih condong pada kompetensi dan kapasitas diri yang bersangkutan. sehingga saya tidak yakin ketika seseorang menduduki rangking terbuncit di sekolah favorit, lantas akan menjadi juara pertama jika ditempatkan di sekolah yang biasa-biasa saja.
Al Ries dan Jack Trout dalam buku Positioning: The Battle For Your Mind, mengatakan: "Lebih baik menjadi ikan besar di kolam kecil (dan kemudian memperluas kolam itu), daripada menjadi ikan kecil di kolam besar". Artinya, kapasitas atau nilai bergantung pada besar atau kecilnya si ikan, dan bukan besat atau kecilnya kolam.
Nah, demikan pula dengan sekolah. Yang menunjukan nilai adalah kapasitas diri yang bersangkutan, bukan tempat ia bersekolah. Atas dasar itu, bisa dikatakan bahwa sekolah hanyalah sarana pendukung, Sementara Kapasitas atau nilai tetap bergantung pada siswa yang bersangkutan. Sehingga kalau memang ia memiliki kapasitas tinggi, sekolah di mana pun, entah sekolah favorit atau sekolah biasa, akan tetap mampu menunjukan kemampuannya.
Hal ini saya sampaikan karena terkadang mereka yang tidak bersekolah di institusi favorit, merasa malu dan kurang pede. Padahal, yang menjadi ukuran sebenarnya bukanlah favorit atau tidaknya sebuah intitusi. Karena banyak juga lulusan yang berasal dari kampus bergengsi atau sekolah favorit tetapi tidak mampu memberikan makna. Baik selama menjadi pelajar atau mahasiswa, maupun terjun di masyarakat. Tidak ada kontribusi kongret yang bisa diberikan. Celakanya lagi kalau malah jadi pengacara (pengangguran tidak punya acara) setelah lulus.
Oleh karena itu, favorit atau tidaknya sebuah institusi penddidikan, bergengsi atau tidak kampus tempat kamu kuliah, jangan sampai membuat kamu minder apalagi kuper. Ingat, nilai kamu bukan ditentukan oleh institusi atau tempat kamu belajar. Nilai kamu lebih ditentukan oleh sejauh mana kapasitas dan kemanfaatan ilmu yang telah kamu pelajari. Minimal, bagi lingkungan masyarakat tempat kamu tinggal.
Apalah artinya sekolah tinggi-tinggi, kampusnya bergengsi, tapi ilmunya tidak bermanfaat, kan rugi! Padahal, sebaik-baik manusia, kata Rasulullah Saw. adalah yang "anfa'uhum linnas", Bermanfaat bagi sesamanya. Pertanyaannya, sudah seberapa bermanfaatkah diri kamu bagi sesama? Minimal bagi keluarga atau orang-orang terdekat disekitarmu.
Apakah kamu sudah termasuk katagori "anfa'uhum linnas", memberikan manfaat bagi sesamanya atau justru masuk katagori "ujuduhu kaadamihi", adanya dianggap tidak ada. Keberadaanmu, hidupmu, ada atau tidak adanya dirimu dianggap sama saja. Istilahnya: nggak ngaruh, ngak ngefek. Rugi nggak kalau begitu?
Sumber :Fadlan El-Qossam (Super Teenager)
0 Komentar untuk "Cara Menentukan Sekolah dan Universitas Yang Terbaik "